KONSERVASI GEDUNG KERTA NIAGA 1, KAWASAN KOTA TUA, DKI JAKARTA

PENDAHULUAN

DKI Jakarta merupakan kota yang menyimpan banyak sekali harta di dalamnya. Salah satu harta yang masih dapat dirasakan olah masyarakatnya hingga sekarang adalah arsitektur tuanya. Salah satu kawasan sejarah yang sangat dilindungi adalah kawasan Kota Tua Jakarta. Diusianya yang sudah tua sejak terbentuknya Kota Jakarta, Kawasan Kota Tua memiliki nilai historis yang tinggi. Maka sudah sepatutnya warisan tersebut harus terus dilindungi dan dipertahankan kelestariannya.

Picture1

Konservasi Kawasan Kota Tua oleh JOTRC

Upaya konservasi terus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mencegah hilangnya identitas serta meningkatkan pariwisata dan bisnis Kawasan Kota Tua Jakarta. Pembangunan yang masih terus berjalan tersebut masih memiliki kekurangan, di antaranya adalah image kota tua yang masih dinilai kurang menguntungkan dilihat dari sisi bisnis skala besar, kurangnya fasilitas penunjang kawasan yang berakibat kurang nyamannya area terbuka bagi pengunjung terlebih ketika cuaca sangat terik, kondisi infrastruktur yang kurang mendukung, lalu lintas yang tidak teratur, kualitas lingkungan yang masih rendah, serta area parkir yang masih berantakan.

Melihat kondisi Kota Tua yang masih banyak memiliki permasalahan, maka perlu adanya upaya menyeluruh dari berbagai lapisan masyarakat khususnya di Ibukota Jakarta untuk mewujudkan Kota Tua sebagai kawasan pariwisata dan kawasan cagar budaya yang mendukung Kota Jakarta.

Gedung Kerta Niaga merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang berada di Kawasan Kota Tua. Gedung Kerta Niaga dibangun sekitar tahun 1912 oleh Biro Arsitek Ed Cuypers en Hulswit, yang dikenal sebagai biro arsitek bermashab Amsterdam. Rancangan arsitektur mereka sangat kuat hubunganya dengan Neo-Renaisance dan Art Nouveau. Bangunan ini sendiri bergaya arsitektur Dutch Closed yang kokoh. Seluruh bangunan gedung berkesan tertutup, dengan atap yang juga tertutup massif. Tak ada ruang terbuka pada bangunan ini. Belakangan dilakukan penambahan elemen jendela yang berbeda dengan bentuk asalnya.

Picture2

Gedung Kerta Niaga 1 Tahun ke Tahun

Awalnya bangunan ini digunakan sebagai kantor perusahaan Koloniale Zee en Brand Assurantie Maatschappij. Saat terjadi nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan Belanda akhir tahun 1950-an, perusahaan ini berubah nama menjadi PN (Perusahaan Negara) Kerta Niaga. Bidang usahanya pun berubah menjadi distributor barang, utamanya sandang-pangan dan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi rakyat. Bangunan ini pun lantas menjadi asset PN Kerta Niaga, yang kemudian berubah status menjadi PT Kerta Niaga.

Ketika dilakukan efisiensi terhadap Badan Usaha Milik Negara, PT Kerta Niaga dilikuidasi dan dilebur ke dalam PT Dharma Niaga. Bangunan ini pun turut berpindah pengelolaan, juga ketika dilakukan penggabungan (merger)atas tiga BUMN dibidang perdagangan yaitu, PT Panca Niaga, PT Dharma Niaga, PT Cipta Niaga, menjadi PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero).

 

IDENTITAS BANGUNAN

  1. Nama : Gedung PT. Kerta Niaga 1
  2. Nama Dahulu : Koloniale Zee en Brand Assurantie Maatschappij
  3. Alamat : Jl. Kali Besar Timur No.9 Jakarta barat
  4. Kelurahan : Pekojan
  5. Kecamatan : Tambora
  6. Kota : Jakarta
  7. Provinsi : DKI Jakarta
  8. Koordinat : 6o08’08.93 LS – 106o48’44.03 LT
  9. Batas – batas
    Utara                  : PT. Pelayaran Bahtera Adhiguna
    Timur                 : Kali Besar / Kali Krukut
    Selatan               : Gedung PT.Banda Ghara Reksa
    Barat                  : Kawasan Museum Fatahillah
  10. Kepemilikan : PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia
  11. Fungsi Awal : Kantor Perbankan
  12. Arsitek : Ed Cuypers en Hulswit
  13. Dibangun : 1912
  14. Golongan : B

Pemugaran bangunan golongan B ini merupakan upaya preservasi dengan ketentuan sebagai berikut (Perda DKI Jakarta no.9/ 1999 Pasal 20):

  1. Bangunan dilarang dibongkar secara sengaja dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya
  2. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap dan warna, serta dengan mempertahankan detail dan ornamen bangunan yang penting
  3. Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan tata ruang dalam asalkan tidak mengubah struktur utama bangunan
  4. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi suatu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama.

 

 

DESKRIPSI

1. Uraian Fisik Objek

a. Gaya/ Langgam

Langgam arsitektur yang ada pada gedung ini adalah langgam Dutch Close, dutch close atau bangunan kolonial Belanda juga merupakan bangunan yang tercipta dari kebudayaan bangsa Belanda, baik secara murni, maupun yang sudah dipadukan dengan budaya tradisional, dan kondisi lingkungan sekitar. Bangunan kolonial memiliki makna dan simbol-simbol yang dapat dilihat dari fungsi, bentuk, maupun gaya arsitekturnya. Gaya desain ini timbul dari keinginan dan usaha orang Eropa untuk menciptakan negara jajahan seperti negara asal mereka. Pada kenyataannya, desain tidak sesuai dengan bentuk aslinya karena iklim berbeda, material kurang tersedia, teknik di negara jajahan, dan kekurangan lainnya. Akhirnya, diperoleh bentuk modifikasi yang menyerupai desain di negara mereka, dimana seluruh bangunan gedung nya memiliki kesan tertutup, dengan atap yang juga tertutup massif dan tak ada ruang terbuka pada bangunan ini.

Model bangunan berarsitektur Kolonial ini memiliki kekhasan bentuk bangunan terutama pada fasade bangunannya. Diantara ciri-ciri bangunan Kolonial yaitu:

  • Penggunaan gewel (gable) pada fasade bangunan yang biasanya berbentuk segitiga.

Picture3

Bentuk Gevel

  • Penggunaan tower pada bangunan
  • Penggunaan dormer pada atap bangunan yaitu model jendela atau bukaan lain yang letaknya di atap dan mempunyai atap tersendiri

Picture4

Bentuk Dormer

  • Model denah yang simetris dengan satu lantai atas
  • Model atap yang terbuka dan kemiringan tajam
  • Mempunyai pilar di serambi depan dan belakang yang menjulang ke atas bergaya Yunani
  • Penggunaan skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah
  • Model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung (dengan dua daun jendela), dan tanpa overstek (sosoran)

b. Blockplan, Sususan Massa Bangunan

Picture5

Citra Satelit

Susunan penempatan bangunan kerta niaga ini merupakan bangunan dengan susunan berkelompok dimana antara gedung kerta niaga 1 sampai gedung kerta niaga 3 berada dalam satu wilayah yang sama hanya saja penempatannya yang berbeda-beda, gedung kerta niaga 1 menempel bersebelahan dengan gedung kerta niaga 2, sedangkan gedung kerta niaga 2 dan 3 sejajar lurus kebelakang dengan dinding saling menempel satu sama lain dan tidak memiliki teras.

c. Wujud / Bentuk Bangunan, Orientasi, Jumlah Lantai, Simetris / Tidak Simetris, Bentuk Atap dan Bahan Penutup Atap, Detail- detail Utama,Tampak ,Jenis Material Utama, Finishing.

Picture6

Wujud Bangunan Kerta Niaga

Benjemin Handler mengatakan, bentuk adalah wujud keseluruahan dari fungsi-fungsi yang bekerja secara bersamaan, yang hasilnya merupakan susunan suatu bentuk. Bentuk merupakan ekspresi fisik yang berupa wujud dapat diukur dan berkarakter karena memeilki tekstur berupa tampak baik berupa tampak tiga dimensi maupun tampak dua dimensi.

Fasade bangunan merupakan elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan, aspek penting dalam wajah bangunan adalah pembuatan semacam pembedaan antara elemen horizontal dan vertikal, dimana proporsi elemen tersebut harus sesuai terhadap keseluruhannya.

Wujud pada bangunan ini adalah bentuk simetris persegi panjang dengan orientasi berhadapan langsung dengan kawasan kali besar, memiliki total jumlah 2 lantai, lantai 1 bersifat terbuka tanpa adanya sekat dengan kolom-kolom di kedua sisinya, lantai ini difungsikan sebagai ruang serbaguna sedangkan untuk lantai 2 memiliki lebih banyak sekat yang difungsikan untuk ruang-ruang kantor dengan material dinding menggunakan bata. Bagian kanan dan kiri berbatasan dengan bangunan cagar budaya yang lainnya, sehingga satu satunya view yang bisa diperoleh adalah melalui jendela di bagian fasad gedung dengan view jalan kali besar dan sungai.

Bentuk atap nya menggunakan kombinasi atau gabungan dari atap jenis pelana dan perisai (limasan) dengan finishing genteng sebagai penutup atapnya.

Picture7

Tampak Kerta Niaga 1

Picture8

Siteplan Kerta Niaga 1

d. Uraian Interior

Picture9

Picture10

Interior Kerta Niaga 1

Pada gedung ini ruangan didalamnya bersifat terbuka tanpa adanya sekat dengan kolom-kolom di kedua sisinya , dengan memakai beton expose dengan finishing cat untuk dinding dan batu alam untuk finishing lantai. Jenis pintu kayu yang digunakan pada gedung ini semakin menambah kesan kolonial.

Untuk entrance bangunan, antara jalan kali besar dengan pintu masuk bangunan kerta niaga ini terdapat koridor yang memanjang dari bangunan di sebelahnya. Repetisi kolom-kolom baik diluar maupun di dalam bangunan memberikan kesan yang kuat akan pengarahan pada titik pandang pada ujung jalan dan batas ruang.

Pada lantai 1, bersifat terbuka tanpa sekat. Ruangan terbentuk karena adanya tiang-tiang kolom yang memisahkan ketiga sisi tersebut.  cahaya matahari yang didapat kurang maksimal. Hal ini menyebabkan timbulnya kesan yang menyeramkan pada bangunan, dan ruangan ini terasa lembab dan dingin karena kurangnya cahaya matahari.

Picture10

Interior Kerta Niaga 1

Pada lantai 2 bentuk denah hampir serupa dengan lantai 1. Namun pada sisi kanan dan sisi kiri terdapat ruang-ruang yang terbentuk dengan sekat dinding bata, berbeda dengan lantai 1 yang hanya dibatasi oleh tiang-tiang kolom. Untuk sisi tengah serupa dengan lantai 1, dibiarkan memanjang tanpa tiang atau dinding pembatas.  Di lantai 2 ini cahaya matahari yang didapat sangatlah cukup, karena terdapat bukan pada sisi kiri dan sisi kanan bangunan, sehingga view pada ruang sangat baik secara menyeluruh. Kondisi temperature pada ruang lantai 2 ini hangat dan berangin akibat adanya cross ventilasi.

Untuk kondisi bangunan ini sendiri, sebelum adanya proses revitalisasi sebagian besar bangunan telah mengeropos, lapuk dan berlumut. Hal ini mengharuskan pengunjung untuk lebih berhati hati saat memasuki bangunan ini.

 

2. Gambar Kerja Bangunan

Picture12

Denah Kerta Niaga 1

Picture13

Potongan Kerta Niaga 1

Picture14

Atap Kerta Niaga 1

Picture15

Struktur, Penghawaan dan Pencahayaan Kerta Niaga 1

 

3. Kondisi Saat Ini

Gedung Kerta Niaga 1 mengalami alih fungsi dari kantor perbankan menjadi pertokoan serta ruang serbaguna. Usai melalui pemugaran tanpa menghilangkan sense asli dari bangunan tua ini, Gedung Kerta Niaga 1 kini diisi dengan beragam tenants, mulai dari kerajinan seni hingga kuliner. Terdapat pula ruang serbaguna yang dapat digunakan untuk ruang-ruang pameran

Picture16
Picture17
Picture18

Sedangkan dari segi fasade, tidak banyak yang berubah dari gedung ini dan tetap mempertahankan konsep fasade Kerta Niaga 1 pada mulanya.

Picture19

 

Sumber:

https://issuu.com/anggiqbal/docs/kerta_niaga_fix.pptx

https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/02/160204_majalah_revitalisasi_kotatuajkt

https://worldofarch.wordpress.com/2017/07/22/konservasi-arsitektur-survey-bangunan-cagar-budaya-gedung-pt-kerta-niaga-1/

http://marketeers.com/wajah-baru-gedung-kerta-niaga-jadi-buruan-millennials/

Leave a comment